Kamis, 22 Maret 2018

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)



Sumber: wearenolte.com
Dalam bukunya pada tahun 2009, Shadiq mengemukakan bahwa salah satu model serta strategi yang lebih inovatif dan sesuai tuntutan kurikulum model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) (hlm. 3). Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk mendidik siswa dalam bekerja sama dalam sebuah kelompok pembelajaran. Adapun tujuan dari model pembelajaran kooperatif yaitu; hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. 
  

Pada kesempatan kali ini, saya akan memaparkan salah satu dari sekian banyak tipe model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Mari Simak!


1.      Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua tamu dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Metode Two Stay Two Stray ini merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. 

Adapun beberapa pengertian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray menurut para ahli:

Dalam bukunya pada tahun 2005, Lie mengatakan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua tamu) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota kelompok lain yang tinggal.

Menurut Ika Berdiati (2010: 92), model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray merupakan bagian dari pembelajaran koopertif yang memberi pengalaman kepada siswa untuk berbagi pengetahuan baik di dalam kelompok maupun dalam kelompok lainnya.

Sedangkan Fadriani (2013) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah pembelajaran yang menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas -tugas yang harus dipelajari tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. 

Model pembelajaran Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu) bisa digunakan di semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Struktur dua tinggal dua tamu memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.

Sumber: blog.octanner.com


2.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Menurut Lie, dldalam bukunya pada tahun 2005, langkah-langkah model pembelajaran yang dilakukan dengan model Two Stay Two Stray yaitu:

Sumber: Lynda.com
·        Siswa bekerja dalam kelompok berempat seperti biasa.
·       Setelah selesai, dua orang dari masing-masing diantara dua kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain.
·      Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu mereka.
·     Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
·         Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Menurut Lie Pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray (TSTS) terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

·         Tahap persiapan
Guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), sistem penilaian, menyiapkan LKS (lembar kerja siswa) dan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi belajar.

·         Presentasi guru
Guru menyampaikan indikator pembelajaran dan menjelaskan materi secara garis besarnya sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.

·         Kegiatan kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Masing-masing siswa boleh mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari temannya. Kemudian dua dari empat anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah, sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuan dari kelompok lain serta mencocokkan hasil kerja mereka.

·         Presentasi kelompok
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Dalam hal ini masing-masing siswa boleh mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban atapun tanggapan kepada kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke jawaban yang benar.

·         Evaluasi kelompok dan penghargaan
Pada tahap evaluasi ini, untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahai materi yang telah diberikan dapat dilihat dari seberapa banyak pertanyaan yang diajukan dan ketepatan jawaban yang telah diberikan atau diajukan.



3.      Kelebihan kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut:

Kelebihan

·         Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
·         Pembelajaran akan lebih bermakna.
·         Pembelajaran berpusat pada siswa.
·         Siswa akan lebih aktif.
·         Siswa lebih berani dan percaya diri mengungkapkan pendapatnya.
·         Meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
·         Dapat meningkatkan minat siswa.

Kekurangan

·         Memperlukan waktu yang lama.
·         Membutuhkan banyak persiapan.
·         Siswa yang kurang akan bergantung kepada siswa yang pintar maka ada kecenderungan siswa tidak mau belajar dalam kelompok.
·         Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)

Sumber: cooperativelearning.work
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray (TSTS), maka sebelumpembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.


4.      Hasil Penelitian Terkait dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Berdasarkan beberapa penelitian, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) ini dipercaya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. Berikut ini merupakan beberapa penelitian yang mendukung:

1)   Penelitian yang dilakukan oleh Dian Mayasari berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa”. Berdasarkan penelitian, pembelajaran dengan metode pembelajaran Two Stay Two Stray ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan motivasi siswa kelas XI IPA 5 SMAN 1 Purwosari.  Komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan yaitu rata-rata nilai komunikasi
matematis siswa 69,79 di akhir siklus pertama dan di akhir siklus kedua naik menjadi 79,63. Siswa semakin aktif dan lancar mengkomunikasikan ide matematisnya baik dalam diskusi kelompok maupun presentasi kelas. 

2)   Penelitian yang dilakukan oleh Dian Mayasari berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa Kelas XI IPA 5 SMAN 1 Purwosari Pasuruan”. Berdasarkan penelitian yang menggunakan pendekatan PTK ini, kemampuan matematis siswa mengalami peningkatan, dimana pada siklus pertama, rata-rata nilai siswa 69,79 dan hanya 50% siswa mendapat nilai minimal 75. Pada siklus kedua, rata-rata nilai siswa 79,625 dan 77,8% siswa mendapat nilai minimal 75 sehingga penelitian dikatakan berhasil. Dengan demikian, pembelajaran dengan metode pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa kelas XI IPA 5 SMAN 1 Purwosari Pasuruan.

3)  Penelitian yang dilakukan oleh Firman Indra Pamungkas berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS dengan Pendekatan CTL untuk Mrningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis”. Berdasarkan penelitian, terdapat oeningkatan yang terjadi pada siklus 1 ke siklus 2, seperti aspek kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan dari 10,5% menjadi 33,5%, aspek kemampuan menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis melalui lisan dari 7,15% menjadi 31,3%, dan aspek kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan model matematika dari 16% menjadi 36%. Dengan demikian terbukti bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa kelas X SMA Negeri 3 Boyolali.

------------


  
Daftar Pustaka


Abdul. 2017. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray, (Online), (http://abdulgopuroke.blogspot.co.id/2017/02/model-pembelajaran-two-stay-two-stray.html diakses pada 20 Maret 2018).
Lie, A. 2005. Cooperative Learning,Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Mayasari, Dian. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa Kelas XI IPA 5 SMAN 1 Purwosari Pasuruan. Diakses dari http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelEEA1F0CF3BDA5639F120B941C8A8508.pdf&ved=2ahUKEwix66K_zv_ZAhVJwI8KHVI3Bn8QFjAAegQIBhAB&usg=AOvVAW32lbbCxDVc3pTcltUWLpk9 tanggal 20 Maret 2018.
Mayasari, Dian. 2015. Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray untuk meningkatkan komunikasi matematis dan motivasi siswa. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UMS. Hlm. 102-111. Diakses dari http://publikasiilmiah.ums.ac.id./xmlui/bitstream/handle/11617/102_111%252DIAN%MAYASARI.pdf%3Fsequence%3D1%26isAllowed%3Dy&ved=2ahUKEwix66K_zv_ZAhVJwI8KHVI3BnQFABegQIBxAB&usg=AOvVaw1tq2NsCoimEa5rVHMyw2s3 pada 20 Maret 2018.
Pamungkas, Firman Indra, 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS dengan Pendekatan CTL untuk Mrningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis. Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika UNY. Hlm. PM-207 – PM-312. Diakses dari http://seminar.uny.ac.id/sites/seminar.uny.ac.id.semnasmatematika/files/full/M-46.pdf&ved=2ahUKEwjFweCk3_ZAhUMMo8KHcaZARoQFjADegQIBxAB&usg=AOvVaw0bo05FUVVFePvLglVRXfuB pada 22 Maret 2018.
Riadi, Muchlisin. 2016. Model Pembelajaran tipe Two Stay Two Stray, (Online), (https://www.kajianpustaka.com/2016/03/model-pembelajaran-tipe-two-stay-two-stray.html diakses pada tanggal 20 Maret 2018).
Shadiq, Fadjar. 2009. Model-model pembelajaran matematika SMP. Sleman: PPPPTK Matematika.


Rabu, 21 Maret 2018

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW)

Dewey dalam Suyanto dan Jihad mendefinisikan model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas atau pembelajaran tambahan di luar kelas, serta untuk menyusun materi pembelajaran (Suyanto dan Jihad, 2013, 134).

Dalam bukunya pada tahun 2009, Shadiq mengemukakan beberapa model serta strategi yang lebih inovatif dan sesuai tuntutan kurikulum antara lain: model pemecahan masalah, model penemuan, model Missouri Mathematics Project (MMP), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dan model pembelajaran kontekstual (CTL) atau realistik (RME) (hlm. 3).  

sumber: teachwire.net
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk mendidik siswa dalam bekerja sama dalam sebuah kelompok pembelajaran. Adapun tujuan dari model pembelajaran kooperatif yaitu; hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Terdapat berbagai tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar, seperti Think Talk Write (TTW), Jigsaw, Think Pair Share, Number Head Together (NHT), Two Stay Two Stray (TSTS), dan masih banyak lagi tipe lainnya.

Pada kesempatan kali ini, saya akan memaparkan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif, yaitu Think Talk Write (TTW). Mari simak!


1.   Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW)

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) sendiri diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin. Menurut mereka, model pembelajaran Think Talk Write (TTW) membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik diharapkan untuk menulis. Alur model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dimulai dari keterlibatan peserta didik dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, sebelum peserta didik menulis.

 Berikut ini merupakan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) menurut para ahli:
  Menurut Porter (1992:179) bahwa Think Talk Write (TTW) adalah pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan untuk memulai belajar dengan memahami  pemasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya. 

Dalam bukunya pada tahun 2009 Suyatno menuturkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) adalah model pembelajaran yang dimulai dengan berpikir dengan bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), yang kemudian hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi, diskusi.  Sintaks dari model pembelajaran ini adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, dan melaporkan (hlm. 66).

Sedangkan Suhendar, dalam bukunya tahun 2011, mengemukakan bahwa model pembelajaran Think Talk Write (TTW) pada dasarnya menggunakan strategi pembelajaran kooperatif sehingga dalam pelaksanaanya, model ini membagi sejumlah siswa kedalam kelompok kecil secara heterogen agar suasana pembelajaran lebih efektif. 


Alur kemajuan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis. Suasana ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.



Pada dasarnya pembelajaran ini dibangun melalui proses berpikir, berbicara dan menulis Aktivitas berpikir, berbicara, dan menulis inilah yang merupakan bentuk aktivitas belajar-mengajar matematika yang memberikan peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif. Melalui aktivitas tersebut siswa dapat mengembangkan kemampuan berbahasa secara tepat, terutama saat menyampaikan ide-ide matematika.  




2.   Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW)

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran menggunakan tipe ini adalah berpikir (Think),  berbicara (Talk), dan  menulis (Write).

1)   Berpikir (Think)
Sumber: iconfinder.net
 Think merupakan aktivitas siswa untuk berpikir. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan apersepsi yang diberikan guru, proses membaca suatu teks atau cerita kemudian membuat catatan tentang apa yang telah dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan, siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri.

Menurut Wiederhold (Yamin dan Ansari, 2008:85) membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu belajar membuat/menulis catatan setelah membaca dapat merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama dan setelah membaca. Membuat catatan dapat memperluas pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan ketrampilan berpikir dan menulis. 

Kemampuan membaca yang meliputi membaca baris demi baris atau membaca yang penting saja menurut Wiederhold (Yamin dan Ansari, 2008:85) secara umum dianggap berpikir. Seringkali suatu teks bacaan disertai panduan yang bertujuan untuk mempermudah dalam diskusi dan mengembangkan pemahaman siswa (Narode dalam Yamin dan Ansari, 2008:85). Dalam tahap ini, teks bacaan selalui dimulai dengan soal-soal kontekstual yang diberi sedikit panduan sebelum siswa membuat catatan kecil.

2)   Bicara (Talk)      
Sumber: iconfinder.com


 Talk merupakan aktivitas siswa dalam berkomunikasi dengan mengguna-kan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Talk membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.  Tahap talk ini juga memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Siswa melakukan komunikasi dengan teman menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami untuk menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama, sharing strategi solusi dan membuat definisi.



Menurut Yamin dan Ansari (2008:86), manfaat talk adalah: 
o   Merupakan tulisan, gambaran, isyarat atau percakapan sebagai bahasa manusia 

o Pemahaman dibangun melalui interaksi dan konversasi (percakapan) antara sesama individual yang merupakan aktivitas sosial yang bermakna, 

o  Cara utama partisipasi komunikasi yaitu siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya dan membuat definisi, 

o   Pembentukan ide,                             

o   Internalisasi ide yang dibentuk melalui berpikir dan memecahkan masalah, 

o   Meningkatkan dan menilai kualitas berpikir.


3)   Menulis (Write)
Sumber: iconfinder.com
Write merupakan aktivitas siswa dalam menuliskan hasil diskusi/dialog pada lembar aktivitas siswa. Aktivitas menulis berarti mengkonstrukikan ide setelah berdiskusi antar teman. Menulis dalam matematika dapat membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang siswa pelajari. Aktivitas menulis juga akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.


Menurut  Yamin dan Ansari (2012:88) aktivitas siswa selama fase ini adalah :
o Menulis solusi terhadap masalah atau pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan,

o Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik, atau pun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti, 

o Mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan atau pun perhitungan yang ketinggalan, 

o  Meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya. 

Sedangkan langkah–langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) menurut Martinis Yamin dan Bansu I.Ansari (2008) adalah:
o   Guru membagi teks bacaan berupa lembar aktivitas siswa yang memuat situasi masalah yang bersifat open - ended serta memberikan petunjuk dan prosedur pelaksanaannya.

o   Siswa membaca teks dan membuat catatan hasil bacaan serta individual, untuk dibawa ke forum diskusi (Think

o   Siswa berinteraksi dan berkelaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (Talk). Guru berperan sebagaimediator dalam lingkungan belajar. 

o   Siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (Write). 

o   Guru memantau dan mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.



3.   Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) 


 Adapun kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) ini, yaitu: 

Kelebihan


o  Membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik,

o  Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar.

o Model ini berpusat pada siswa, Dengan mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga siswa saling membantu dan saling bertukar pikiran. Hal ini akan melibatkan siswa secara aktif dan membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

o  Melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis sehingga siswa akan lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.

o  Dengan memberikan soal open ended dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.

o   Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, dan bahkan dengan diri mereka sendiri.

Kekurangan                  


o   Model Think Talk Write (TTW) adalah model pembelajaran baru di sekolah sehingga siswa belum terbiasa belajar dengan langkah-langkah pada model Think Talk Write (TTW). Hal ini menyebabkan siswa cenderung kaku dan pasif.

o   Siswa yang kesulitan belajar akan mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan ketika bekerja dalam kelompok.

o   Guru harus benar-benar menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan model pembelajaran ini, agar tidak mengalami kesulitan.

 
4.   Hasil Penelitian terkait dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW)

Berdasarkan beberapa penelitian, model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) ini dipercaya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. Berikut ini merupakan penelitian-penelitian yang mendukung:

1.    Penelitian dilakukan oleh Alfian Tri Ananda, Makmuri, dan Lukita Ambarwati dengan judul “Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Pythagoras Kelas VIII-E SMP Negeri 115 Jakarta”. Berdasarkan penelitian tindakan kelas ini, kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII-E SMP Negeri 115 Jakarta menjadi lebih baik dan mengalami peningkatan. Hal ini didukung oleh nilai rata-rata tes akhir siklus kemampuan komunikasi matematis, dimana pada siklus I siswa mampu mencapai nilai rata-rata 56,48, lalu pada siklus II meningkat menjadi 68,29, dan selanjutnya meingkat lagi menjadi 87,73 pada siklus III. Dengan adanya tahapan Think Talk Write, siswa memperoleh kesempatan untuk berdiskusi, berkomunikasi, dan mengoptimalkan partisipasinya sehingga siswa dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuanya unuk menyelesaikan masalah yang diberikan.

2.    Penelitian dilakukan oleh Syaiful Hadi dengan judul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematika melalui Model Think Talk Write (TTW) di Kelas VII SMP Negeri 1 Manyar Gresik”. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pembelajaran Think Talk Write  (TTW) lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa SMP Negeri 1 Manyar. Hal tersebut dikarenakan model Think Talk Write  (TTW) memberikan peluang kepada siswa berpikir melalui bahan bacaan matematika yang selanjutnya mengkomunikasi-kan hasil bacaannya dengan presentasi dan diskusi.

3. Penelitian dilakukan oleh Nunun Elida dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)”. Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran Think Talk Write  (TTW) secara signifikan lebih baik daripada yang pembelajarannya menggunakan cara konvensional.

---------



Daftar Pustaka


Abdul. 2017. Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), (Online), (http://abdulgopuroke.blogspot.co.id/2017/02/model-pembelajaran-Think-Talk-Write-ttw.html diakses pada 18 Maret 2018).
Ananda, Tri Alfian, Makmuri, dan Lukita Ambarwati. 2012. Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Pythagoras Kelas VIII-E SMP Negeri 115 Jakarta. Diakses dari http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jrpms/article/view/42513186 diakses pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 12.13 WIB.
Elida, Nunun. 2012. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol. 1 No. 2. Hlm. 178-185. Diakses dari http://www.e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/17 pada tanggal 27 Desember 2017 pukul 09:28 WIB.
Hadi, Syaiful. 2007. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematika melalui Model Think Talk Write (TTW) di Kelas VII SMP Negeri 1 Manyar Gresik. Jurnal Pendidikan Matematika. Hlm. 28-35.
Riadi, Muchlisin. 2014. Model Pembelajaran Kooperatif Think Talk Write (TTW), (Online), (https://www.kajianpustaka.com/2014/02/model-pembelajaran-kooperatif-Think.html  diakses pada tanggal 18 Maret 2018).
Shadiq, Fadjar. 2009. Model-model pembelajaran matematika SMP. Sleman: PPPPTK Matematika.
Suyanto, dan Jihad, Asep. 2013. Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Esensi.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Referensi.