![]() |
Sumber: wearenolte.com |
Dalam bukunya pada tahun 2009, Shadiq
mengemukakan bahwa salah satu model serta strategi
yang lebih inovatif dan sesuai tuntutan kurikulum model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) (hlm. 3). Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran yang dirancang
untuk mendidik siswa dalam bekerja sama dalam sebuah kelompok pembelajaran.
Adapun tujuan dari model pembelajaran kooperatif yaitu; hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
Pada kesempatan kali ini,
saya akan memaparkan salah satu dari sekian banyak tipe model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning),
yaitu tipe Two Stay Two Stray (TSTS).
Mari
Simak!
1.
Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two
Stay Two Stray (TSTS)
Model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray atau
dua tinggal dua tamu dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Metode Two Stay Two Stray ini merupakan sistem
pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama,
bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong
satu sama lain untuk berprestasi.
Adapun
beberapa pengertian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray menurut para ahli:
Dalam bukunya pada
tahun 2005, Lie mengatakan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua tamu) merupakan suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar memecahkan masalah bersama anggota
kelompoknya, kemudian dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke
dua anggota kelompok lain yang tinggal.
Menurut Ika Berdiati
(2010: 92), model pembelajaran kooperatif Two
Stay Two Stray merupakan bagian dari pembelajaran koopertif yang memberi
pengalaman kepada siswa untuk berbagi pengetahuan baik di dalam kelompok maupun
dalam kelompok lainnya.
Sedangkan Fadriani
(2013) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah pembelajaran
yang menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas -tugas yang harus dipelajari
tiap-tiap siswa dalam satu kelompok.
Model pembelajaran Two Stay Two Stray (dua tinggal dua tamu)
bisa digunakan di semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik.
Struktur dua tinggal dua tamu memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan karena
banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan
individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa
lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja
manusia saling bergantung satu sama lainnya.
![]() |
Sumber: blog.octanner.com |
2.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two
Stay Two Stray (TSTS)
Menurut Lie, dldalam
bukunya pada tahun 2005, langkah-langkah model pembelajaran yang dilakukan
dengan model Two Stay Two Stray yaitu:
![]() |
Sumber: Lynda.com |
· Siswa bekerja dalam
kelompok berempat seperti biasa.
· Setelah selesai, dua
orang dari masing-masing diantara dua kelompok akan meninggalkan kelompoknya
dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain.
· Dua orang yang tinggal
dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu
mereka.
· Tamu mohon diri dan
kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok
lain.
·
Kelompok mencocokan dan
membahas hasil-hasil kerja mereka.
Menurut Lie
Pembelajaran kooperatif model Two Stay
Two Stray (TSTS) terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
·
Tahap persiapan
Guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran),
sistem penilaian, menyiapkan LKS (lembar kerja siswa) dan membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4 siswa dan setiap
anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi belajar.
·
Presentasi guru
Guru menyampaikan indikator pembelajaran
dan menjelaskan materi secara garis besarnya sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah dibuat sebelumnya.
·
Kegiatan kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya
menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh
tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang
berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan
klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan
masalah tersebut bersama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok
menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka
sendiri. Masing-masing siswa boleh mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
dari temannya. Kemudian dua dari empat anggota dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah,
sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil
kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari
dua anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing
dan melaporkan temuan dari kelompok lain serta mencocokkan hasil kerja mereka.
·
Presentasi kelompok
Setelah belajar dalam kelompok dan
menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan
kelompok lainnya. Dalam hal ini masing-masing siswa boleh mengajukan pertanyaan
dan memberikan jawaban atapun tanggapan kepada kelompok yang sedang
mempresentasikan hasil diskusinya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa
ke jawaban yang benar.
·
Evaluasi kelompok dan
penghargaan
Pada tahap evaluasi ini, untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan siswa dalam memahai materi yang telah diberikan dapat dilihat
dari seberapa banyak pertanyaan yang diajukan dan ketepatan jawaban yang telah
diberikan atau diajukan.
3.
Kelebihan
kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two
Stay Two Stray (TSTS)
Suatu model
pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. kelebihan dan kekurangan
dari pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
adalah sebagai berikut:
Kelebihan
·
Dapat diterapkan pada
semua kelas/tingkatan
·
Pembelajaran akan lebih
bermakna.
·
Pembelajaran berpusat
pada siswa.
·
Siswa akan lebih aktif.
·
Siswa lebih berani dan
percaya diri mengungkapkan pendapatnya.
·
Meningkatkan kemampuan
berbicara siswa.
·
Dapat meningkatkan
minat siswa.
Kekurangan
·
Memperlukan waktu yang
lama.
·
Membutuhkan banyak
persiapan.
·
Siswa yang kurang akan
bergantung kepada siswa yang pintar maka ada kecenderungan siswa tidak mau
belajar dalam kelompok.
·
Bagi guru, membutuhkan
banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
![]() |
Sumber: cooperativelearning.work |
Untuk mengatasi
kekurangan pembelajaran kooperatif model Two
Stay Two Stray (TSTS), maka sebelumpembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan
dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis
kelamin dan kemampuan akademis. Pembentukan kelompok heterogen memberikan
kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan
pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis
tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.
4. Hasil Penelitian Terkait dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two
Stay Two Stray (TSTS)
Berdasarkan beberapa
penelitian, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) ini dipercaya dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa. Berikut ini merupakan beberapa penelitian yang
mendukung:
1) Penelitian
yang dilakukan oleh Dian Mayasari berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Two Stay
Two Stray untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi
Siswa”. Berdasarkan penelitian, pembelajaran
dengan metode pembelajaran Two Stay Two
Stray ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan motivasi
siswa kelas XI IPA 5 SMAN 1 Purwosari. Komunikasi
matematis siswa mengalami peningkatan yaitu rata-rata nilai komunikasi
matematis siswa 69,79 di akhir siklus pertama dan di akhir siklus kedua naik menjadi 79,63. Siswa semakin aktif dan lancar mengkomunikasikan ide matematisnya baik dalam diskusi kelompok maupun presentasi kelas.
matematis siswa 69,79 di akhir siklus pertama dan di akhir siklus kedua naik menjadi 79,63. Siswa semakin aktif dan lancar mengkomunikasikan ide matematisnya baik dalam diskusi kelompok maupun presentasi kelas.
2) Penelitian
yang dilakukan oleh Dian Mayasari berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Two Stay Two Stray untuk
Meningkatkan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa Kelas XI IPA 5 SMAN 1
Purwosari Pasuruan”. Berdasarkan penelitian yang menggunakan pendekatan PTK
ini, kemampuan matematis siswa mengalami peningkatan, dimana pada siklus pertama,
rata-rata nilai siswa 69,79 dan hanya 50% siswa mendapat nilai minimal 75. Pada
siklus kedua, rata-rata nilai siswa 79,625 dan 77,8% siswa mendapat nilai minimal
75 sehingga penelitian dikatakan berhasil. Dengan demikian, pembelajaran dengan
metode pembelajaran Two Stay Two Stray dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa kelas XI IPA 5 SMAN
1 Purwosari Pasuruan.
3) Penelitian
yang dilakukan oleh Firman Indra Pamungkas berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS dengan Pendekatan CTL untuk Mrningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis”. Berdasarkan penelitian,
terdapat oeningkatan yang terjadi pada siklus 1 ke siklus 2, seperti aspek
kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan dari 10,5% menjadi
33,5%, aspek kemampuan menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis
melalui lisan dari 7,15% menjadi 31,3%, dan aspek kemampuan dalam menggunakan
istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan model matematika dari 16% menjadi
36%. Dengan demikian terbukti bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TSTS
dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa kelas
X SMA Negeri 3 Boyolali.
------------
Daftar
Pustaka
Abdul. 2017. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray, (Online),
(http://abdulgopuroke.blogspot.co.id/2017/02/model-pembelajaran-two-stay-two-stray.html
diakses pada 20 Maret 2018).
Lie, A. 2005. Cooperative Learning,Mempraktekan
Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Mayasari, Dian.
2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Tertulis
Siswa Kelas XI IPA 5 SMAN 1 Purwosari Pasuruan. Diakses dari http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelEEA1F0CF3BDA5639F120B941C8A8508.pdf&ved=2ahUKEwix66K_zv_ZAhVJwI8KHVI3Bn8QFjAAegQIBhAB&usg=AOvVAW32lbbCxDVc3pTcltUWLpk9
tanggal 20 Maret 2018.
Mayasari, Dian.
2015. Penerapan model pembelajaran Two
Stay Two Stray untuk meningkatkan komunikasi matematis dan motivasi siswa. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika UMS. Hlm. 102-111. Diakses dari http://publikasiilmiah.ums.ac.id./xmlui/bitstream/handle/11617/102_111%252DIAN%MAYASARI.pdf%3Fsequence%3D1%26isAllowed%3Dy&ved=2ahUKEwix66K_zv_ZAhVJwI8KHVI3BnQFABegQIBxAB&usg=AOvVaw1tq2NsCoimEa5rVHMyw2s3
pada 20 Maret 2018.
Pamungkas, Firman
Indra, 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS dengan
Pendekatan CTL untuk Mrningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan
Koneksi Matematis. Seminar Matematika dan
Pendidikan Matematika UNY. Hlm. PM-207 – PM-312. Diakses dari http://seminar.uny.ac.id/sites/seminar.uny.ac.id.semnasmatematika/files/full/M-46.pdf&ved=2ahUKEwjFweCk3_ZAhUMMo8KHcaZARoQFjADegQIBxAB&usg=AOvVaw0bo05FUVVFePvLglVRXfuB
pada 22 Maret 2018.
Riadi,
Muchlisin. 2016. Model Pembelajaran tipe
Two Stay Two Stray, (Online), (https://www.kajianpustaka.com/2016/03/model-pembelajaran-tipe-two-stay-two-stray.html
diakses pada tanggal 20 Maret 2018).
Shadiq, Fadjar.
2009. Model-model pembelajaran matematika SMP. Sleman: PPPPTK Matematika.